Nominal-doeloe

 

Peser dalam bahasa Belanda disebut halfje yang berarti 'setengah'. Mata uang ini diperkenalkan pada tahun 1856 dan terakhir digunakan pada 1945.

Peser, Uang Logam Terendah pada Zaman Penjajahan

Menurut keterangan di NGC Coin, Indonesia pada masa kolonial menggunakan mata uang gulden Hindia-Belanda (Nederlands-Indische gulden). Bahasa Melayu menerjemahkannya sebagai Roepiah Hindia-Belanda.

Orang-orang Indonesia pada zaman itu sempat mengenal goweng sebagai mata uang terendah. Nilainya sama dengan 0,25 sen. Mata uang ini kemudian digantikan peser.

Menurut Kamus Bahasa Besar Indonesia (KBBI), peser berarti "uang tembaga yang bernilai setengah sen zaman Belanda" yang juga disebut dengan istilah rimis. Sementara arti goweng di KBBI tak ditemukan.

Tali atau kadang disebut talen juga termasuk mata uang gulden Hindia-Belanda. Nilai mata uang ini disebut kwartje (seperempat) dalam bahasa Belanda. Maksudnya adalah seperempat gulden atau seperempat rupiah. Mata uang ini mulai digunakan sejak tahun 1826—1834.

Pada zaman dahulu, tak jarang orang membayar nilai setali dengan dua keping uang ketip (10 sen) dan satu kelip (5 sen). Jadi, tiga keping uang ketip dan kelip memang benar-benar senilai dengan setali

Nilai-Nilai Uang Logam Hindia-Belanda yang Pernah Beredar

Uang logam pada era Hindia-Belanda yang cukup lama digunakan antara lain peser (0,5 sen) sen, gobang atau benggol (2,5 sen), seteng (3,5 sen), kelip (5 sen), ketip (10 sen), uang (8,3 sen), picis (10 sen), tali (25 sen), suku (50 sen), perak (100 sen atau 1 rupiah), kupang (1,25 rupiah), ringgit (2,5 rupiah, dan ukon (1000 sen atau 10 rupiah). Ada juga duit yang menurut KBBI berarti "mata uang tembaga zaman dahulu (120 duit = satu rupiah).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Duka 12 C

Sekte Hageuy