Jokowi Effect
Relawan Joko Widodo (Jokowi) berbicara 'Jokowi Effect' terkait keunggulan paslon Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka berdasarkan hasil hitung cepat atau quick count sejumlah lembaga survei di Pilpres 2024. Ketua Umum Jaringan Relawan Alap-Alap Jokowi, Muhammad Isnaini mengatakan 'Jokowi Effect' selama ini selalu dilihat minor terutama di Jateng dan DIY.
Dia mengatakan 'Jokowi' Effect' kerap dikaitkan dengan bansos dan lainnya. Padahal, menurut dia, ''Jokowi Effect' berkaitan dengan nama dan kerja para relawan Jokowi di akar rumput.
"Tidak pernah disinggung sisi paternalistik sosiologis nama Jokowi dan tidak pernah disinggung bagaimana kerja kami, para relawan, menggarap habis akar rumput," Isnaini kepada wartawan, Kamis (16/2/2024).
Dia mengatakan paternalistik sosiologis nama Jokowi itu sungguh sangat sensitif. Menurut dia, begitu Jokowi direndahkan, maka banyak orang yang sakit hati dan ingin melakukan pembalasan.
"Pilpres kemarin itulah momen pembalasan itu. Baru kita sentuh untuk penguatan lewat tabloid kanvasing door to door, sudah berantakan. Nama Jokowi itu sakral bagi kami. Bukan kultus individu tetapi kecintaan mendalam karena kerja nyata bagi rakyat. Begitu direndahkan, goyang saja, bubar peta mereka," kata Isnaini.
Dia juga menyinggung banyak pihak yang menarasikan bansos terlalu berlebihan. Dia menyebut bansos hanya dijadikan alasan kubu lain sebagai pembelaan atas kekalahan telak.
"Janganlah selalu masyarakat bawah itu dianggap bodoh dan naif. Hanya karena Bansos lantas sehebat itu mereka merobohkan Kandang Banteng. Jika Jokowi Effects selalu disimplikasi bansos, sangat receh dan merendahkan sekali," ujar Isnaini.
Karena itu, dia mengatakan Jokowi Effect yang sesungguhnya adalah nama Jokowi yang sangat sensitif di masyarakat.
"Substansi Jokowi Effects itu ya sensitifitas sangat tinggi di masyarakat bawah. Direndahkan, dibusukkan, dihina...Ya tsunami pembalasan. Ini faktual!" ujar Isnaini.
Hasil hitung cepat Litbang Kompas menunjukkan bahwa Partai Solidaritas Indonesia (PSI) diprediksi tidak akan masuk ke parlemen karena perolehan suaranya sementara ini 2,84 persen, di bawah parliamentary threshold 4 persen. Peneliti Litbang Kompas Bestian Nainggolan mengatakan, hasil hitung cepat itu membuktikan bahwa sosok Presiden Joko Widodo tidak menjamin pendukungnya memilih partai yang dipimpin oleh Kaesang Pangarep, putra bungsu Jokowi, itu.
Bestian menuturkan, pengaruh Jokowi terhadap PSI tidak sebesar Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kepada Partai Demokrat pada 2004.
Tawaran ini memberikan gambaran sosok tuh, kemudian tahap kedua setelah jadi presiden itu 20 (persen), tinggi kan? Setelah tidak jadi presiden, anjlok lagi," ujar Bestian.
Menurut dia, situasi ini yang tidak dialami Jokowi karena mantan Wali Kota Solo itu baru diasosiasikan dengan PSI saat dirinya hendak lengser dari jabatan presiden. "Sekarang posisinya Pak Jokowi sudah dalam posisi tidak menjadi presiden lagi ke depan kan, jadi dalam pikiran orang itu bukan harapan, masa lalu," kata Bestian. Hingga Kamis sore, perolehan suara PSI dalam hitung cepat Litbang Kompas adalah 2,84 persen dengan data yang masuk lebih dari 85 persen.
Kompascom+ baca berita tanpa iklan: https://kmp.im/plus6
Download aplikasi: https://kmp.im/app6
Komentar
Posting Komentar