Bebek -ace
Naik Odeng yang semakin ganti rupa. Tidak banyak penumpang, tiga orang termasuk aku naik dari Ciateul. Seorang muda duduk di samping kemudi mengenakan masker hitam dan bertahan dibawah sorotan mentari sore. Seorang berkumis dan bertopi duduk di samping kaca kiri dekat pintu belakang pada barisan kedua.
Aku sendiri duduk di bangku belakang pengemudi. Hingga pertigaan Karabohong, baru berderet dengan seorang pemuda yang turun di POM Saketi.
Seorang wanita berkacamata dan berbaju putih naik di pangkalan Bama yang turunnya di warung Madura Cipeucang. " Kebetulan masih ada mobil mini". Dia bergumam saat naik di depan pangkas rambut Bama di sebrang bengkel ginamo Abah Uti.
Pria jangkung berkumis dan bertopi turun di pertigaan pangkalan angkot Picung- Saketi.
Melewati warung Jeruk. Perempuan berkacamata itu minta turun di depan warung Madura.
Saat di Cimoro, Odeng merapat pinggir sebelah kiri jalan depan tambal ban, berhenti sejenak. Sepertinya ada something wrong. Tidak lama berjalan lagi hingga melewati POM Cigunung.
Mobil kembali tersendat, dan minta didorong ke pinggir kiri jalan tepat di depan tambal ban lagi.
" Wayahna pa kana angkot, goceng bae" Si Abah Ace memberikan petunjuk sekaligus jawaban tanyaku dalam hati sejak di Ciateul.
Pertimbangan limabelas ribu hingga Amanah Cipacung, berubah posisi. Dikurangi biaya transport nyambung naik angkot ke arah Pandeglang bareng dengan orang yang pakai masker hitam, yang bilangnya terus berlanjut ke Rangkas.
Komentar
Posting Komentar