Korban musibah teraniaya
Kantuk berat. Mencari pelarian di kamar 401, tanpa sarung bantal tanpa sprey. Dalam tidur tersadar hampir terpeleset, sempat memandang dasar lantai sisi kanan-dalam kantuk. Bergeser ke sisi kiri, ke atas bantal tanpa sarung. Entah berapa waktu dalam lelap, hingga tersadar saat kepala berasa tertimpa benda keras dibarengi gulungan kain serta batang cukup panjang, ternyata gorden dan batang pipanya sudah melintang di kasur.
Nyari pindahan pun terkendala hanya hamparan dua tikar tipis tanpa kasur lipat karena sudah hijrah di ruangan 05 dijadikan alas masagenya teh Marni.
Masih sempat mencari botol minyak HPAI untuk mengusap kepala di atas alis kanan yang sedikit benjol, -sisa tempaan batang gordeng.
Dalam kantuk tersisa berjalan, berpindahke kamar 502. Mencoba rebahan beberapa saat disamping nyi uneh. Tidak bertahan lama lantaran hembusan kipas angin menusuk kulit punggung walau terbalut kaus putih tour de jogja yang tipis. Beralas guling ungu yang pendek pun tidak menjadikan pertahanan kuat. Bukannya rasa nyaman, malah terasa dianiaya dengan nyeri dibenjolan dibarengi tusukan angin dipunggung.
Akhirnya berlabuh di ruangan 05, di kasur lipat yang biasanya terhampar di ruangan 04 di atas tikar tipis. Ditambah bantal dan guling sarung gelap yang tertumpuk di depan pintu kamar 401. Itupun setelah berbalut selimut biru yang tersimpan di atas kasur tanpa seprey di kamar 401.
Komentar
Posting Komentar