Kacang vs kulit

 Semakin meningkat muakku yang selama ini terpendam dan teralihkan ternyata berbuntut berkepanjangan.

Melihat tingkah pongah tuan-tuan yang bangga di tuankan yang terhormat mewakili kehormatan pihaknya, bukan pihak kami si jelata.

Pernah angkat topi untuk beberapa gelintir yang terhormat di sana, tapi sebagian besar tergadaikan.

Sudah benar jalanku dahulu, mengikuti para pendahulu yang memilih pilihan tidak terpilih oleh sebagian banyak orang yang memilih.

Walau hasilnya tidak banyak berpengaruh, tapi setidaknya menunjukan pilihan pembanding yang merupakan sebuah protes atas ketidak puasan yang mengikat tanpa wadah dan saluran.

Melihat besarnya angka yang tampak berbanding terbalik dengan ungkapan diiringi goyang-goyang berjamaah tanpa ragu, tanpa malu. Menampakan bahwa dalam diri mereka tersimpan jiwa kekanak-kanakan yang diselimuti keserakahan berjaket kemunafikan berbalut keangkuhan.

Begitulah saat kacang lupa akan kulit yang menjaganya dari hama ngengat dan pembolong buah, menjadikannya biji yang padat dan berisi. Mendorongnya menjadi butir-butir yang bernas sehingga bernilai tinggi. Kulit luar sudah tidak tampak lagi. Sekalipun. masih menempel kulit ari di hiji bernas, mesti disisihkan supaya tidak tersedak.

Semua bagian kulitpun pasti terlupakan, dianggap tidak pernah ada.

Kembali pada pilihan semula. Tidak memilih adalah sebuah pilian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Duka 12 C

Sekte Hageuy